Zaman
semakin berkembang. Produksi teknologi semakin bertambah. Lalu mau di kemanakan
bila barang-barang teknologi sudah tidak terpakai? Akankah menjadi sampah di
rumah Anda? Di diamkan begitu saja?
Sama
seperti halnya dengan sampah yang lain. Sampah teknologi juga bisa di daur
ulang. Tidak hanya sampah kain atau plastic yang di daur ulang. Mungkin
terdengar asing, tetapi salah satu mahasiswa Universitas Jendral Soedirman
menjadikan hal tersebut sebagai peluang usaha.
Alat yang
Ia buat dengan sampah barang teknologi
ialah sensor arus. Alat ini untuk di jual ke kampus Jurusan Perikanan dan
Kelautan sebagai bahan ajar praktikum. Alat-alatnya menggunakan LCD hp,
motherboard, kipas power supply, led indicator, clock, IC, MMC card, header
baris, connector listrik dan semuanya adalah barang bekas. Jika di total
harganya Rp. 300.000 tetapi bila beli baru bisa mencapai Rp. 500.000. harga
jual ke kampus 1 juta, harga jual ke luar kampus 1 setengah juta. Sangat
menguntunngkan bukan?
Tidak hanya
sensor arus alat yang bisa di produksi dengan sampah elektronik. Contoh lain
yang Ia jelaskan ialah lampu jalan yang biasa dipakai restoran atau lampu
merah. Harga jualnya 3-4 juta padahal dengan modal Rp. 0. Bahannya dengan
menggunakan lampu led indicator bekas di sepatu anak-anak, yang jika di injak
bisa menyala. Mainan anak-anak juga bisa di hasilkan dengan sampah barang
teknologi, salah satu contohnya ialah mobil-mobilan. Dynamo yang di pakai bisa
menggunakan bekas printer. Di bandingkan dynamo Tamiya, lebih bagus bekas printer.
Sensor gerak yang ada di printer dinamakan optocopuler. Kecepatannya
mengalahkan dynamo Tamiya. Bila ingin ada suaranya juga bisa, menggunakan
speaker computer. Alat lain yang Ia
jelaskan ialah kompas elektronik. Penunjuk arah berukuran genggaman tangan bisa
di buat dengan sampah barang elektronik.
banyak sampah barang elektronik yang bisa di manfaatkan. Contohnya lampu neon
bisa di gunakan sebagai trafo. Lampu led bekas jam tangan bisa di gunakan
sebagai lampu tulis jalan juga. Kabel bekas yang terlihat tidak ada gunanaya,
ternyata masih bisa dii gunakan dengan modifikasi. Tombol on-off bekas saklar
atau barang rumah tangga bila sudah rusak, masih bisa di manfaatkan. Stop
kontak tidak terpakai masih bisa di
jadikan kapasitor yang berfungsi untuk menstabilkan arus berlebih.
Dali
mengeksperimenkan alat-alat tersebut di labnya sendiri. Untuk menyulap sampah
bekas elektronik Dali menggunakan waktu sore sampai malam hari, karena jam
tersebut dirasa lebih nyaman, selain itu pagi sampai siang Ia kuliah.
Alasannya
mendaur ulang sampah elektronik karena peluang sangat besar, untuk wirausaha
yang hampir tidak ada saingannya. Hasilnya juga menggiurkkan. Bahan-bahannya
juga murah dan mudah di dapat. Menjadikan barang ronsok bernilai harganya.
Alasan lainnya ialah menyelamatkan bumi, karena sampah elektronik pada akhirnya
akan menjadi zat cair yang akan di buang ke laut oleh pabrik.
(sensor arus)
No comments:
Post a Comment